Planning jenjang selanjutnya...
Permit from Diva (ini nih yang agak susah)...
Perkenalan my family & his family..
Taman Tabek Indah, Natar Lampung Selatan,Sabtu-Minggu 23-24 July 2011
Everything is ok and under the control...
One step has been passed..
Wednesday, 27 July 2011
Wednesday, 29 June 2011
TentangBuku Cerita waktu kecil
Dulu waktu saya kecil, sekitar kelas 5 SD, saya punya seorang Abang yang sering membelikan aku buku-buku cerita gitu. Yang paling berkesan adalah buku kumpulan dongeng HC Andersen, dongeng binatang, Serial Tini, Robi dan Susi, Lima Sekawan, Malory Towers, dan Si Harry Bengal. Sejak itu aku jadi suka baca buku.
Kalau serial Robi dan Susi atau Tini saya paling suka liat gambar-gambarnya, bikin saya jadi berkhayal dan ingin merasakan apa yang di rasakan dalam buku itu. Kalau buku dongeng saya suka endingnya yang selalu happy end. Kalau Lima Sekawan saya suka ketegangan jalan ceritanya yang selalu bikin penasaran. Kalau Malory Towers saya suka karena jadi bikin saya berkhayal asyiknya sekolah di asrama seperti yang ada yang ada dalam serial itu.
Dulu waktu saya kecil belum banyak komik-komik serial Jepang seperti sekarang, yang saya ingat serial komik Jepang yang pertama saya punya waktu itu adalah serial Candy. Hanya itu yang saya suka, yang lainnya saya tidak mengikutinya entah karena ceritanya atau saya nya yang mulai beranjak dewasa. Selain itu buku dalam format komik pada jaman itu adalah serial Tin Tin dan Asterix. Dan ada satu serial komik yang paling berkesan buat saya yaitu Mimi si Hitam. Model komiknya vintage gitu, dengan kertas coklat dan soft cover serta gambar yang hitam putih. Tapi ceritanya yang kocak yaitu tentang anak Africa yang hitam yang sangat nakal dan saking nakalnya sehingga membuat ibunya yang sangat gendut selalu memarahinya dengan memukul pantat si Mimi , bikin saya selalu ingat sampai sekarang.
Namun sayang sebagian besar koleksi saya itu banyak yang hilang, baik karena packing waktu kami pindah rumah, ataupun di pinjam, karena dulu saking banyaknya saya sampai membuka perpustakaan kecil di paviliun samping rumah, kemudian banyak buku-buku yang di pinjamkan banyak yang tidak kembali. Sebagian kecil masih ada koleksi saya yang tersisa, saya berikan pada ponakan saya Fitri, yang kemudian sekarang dikembalikan lagi dan menjadi koleksi Diva.
Saat saya dewasa saya tetap suka baca buku, koleksi saya mulai dari novel, cerita-cerita bijak dan kumpulan pengalaman dari pengarangnya, seperti serial Laskar Pelangi by Andre Hirata, novel-novel by Dewi Dee Lestari, Naked Traveler by Trinity, Harry Potter by JK Rowling, atau buku curhatan seperti Kicau Kacau by Indra Herlambang. Novel-novel nyeleneh seperti karangan Djenar Masayu, serta buku-buku motivator dengan bahasa yang tidak begitu menggurui saya juga suka. Selain itu saya juga menyukai novel bertema psikopat, secara saya pun menyukai fim jenis ini.
Kebiasaan baca buku ini saya coba turunkan ke anak saya Diva. Dari kecil saya belikan dan bacakan dia berbagai buku cerita, biasanya saya cari yang halamannya dari hard paper, supaya tidak mudah robek, atau yang ada gambar 3 dimensinya dan banyak warna sehingga menarik. Mulai bisa baca sendiri saya belikan dia majalah anak seperti Bobo , yang merupakan majalah anak sepanjang masa, karena dulu pun saya membaca majalah ini. Saya paling ingat dengan cerita Bona, gajah kecil berbelalai panjang, Pak Janggut atau Oki dan Nirmala yang menjadi cerita bergambar favorit saya di majalah ini.
Jadi anak kecil di jaman sekarang sebenarnya sungguh beruntung, karena ada banyak sekali pilihan buku, mulai dari komik Jepang , cergam, majalah sampai novel. Bahkan buku-buku waktu saya kecil dulu juga banyak yang di cetak ulang, tentunya dengan cetakan yang lebih menarik, walaupun dengan harga yang berlipat-lipat dari waktu saya kecil dulu. Duh saya jadi ingin membelinya lagi, terutama buku-buku yang sebagian koleksi saya dulu sudah hilang.
Walaupun Diva lebih beruntung dari saya, dimana saya dulu punya buku hanya jika di belikan oleh Abang saya ataupun jika ingin membeli buku harus menabung dulu, sedangkan Diva lebih gampang mendapatkan dan memilih buku yang diinginkannya, karena saya tidak pernah keberatan jika membelikan buku untuk dia. Namun ternyata Diva tidak begitu menyukai buku komik, dia lebih suka majalah,seperti majalah Girl atau novel, seperti serial KKPK yang merupakan singkatan dari Kecil-Kecil Punya Karya, berisi cerita-cerita yang di karang oleh anak-anak juga. Setiap ke Gramedia, ulang tahun atau sebagai hadiah dia selalu minta belikan serial ini.
Saya dan Diva masing-masing mempunyai koleksi buku. Namun saya ingin ada buku yang kami berdua bisa nikmati. Maka saya browsing, kemudian saya menemukan novel Pollyana, yang jika saya baca resensi nya format nya novel, namun ceritanya bisa untuk anak-anak. Waktu saya mencarinya di Gramedia, ternyata masih indent. Namun kami menemukan versi cergam nya, dan karena bukunya tipis dalam waktu setengah jam Diva pun menyelesaikannya. Kemudian waktu versi novelnya datang ,saya membelinya, dan menjadi buku bacaan sebelum Diva tidur. Namun karena bukunya terlalu tebal dan bahasanya termasuk bahasa 'tinggi', kadang Diva jadi agak bosan mendengarnya.
Sampai suatu waktu ketika ke Gramedia, saya melihat cetakan ulang buku Harry Bengal dan Adikku yang Nakal, karangan Dorothy Edwards, pengarang dari Inggris. Rupanya buku ini ada serialnya, namun waktu kecil dulu saya hanya memiliki satu judul. Cerita dan pesan-pesan dari cerita-ceritanya sangat berkesan, dengan bahasa yang sederhana, bab-bab ceritan yang tidak terlalu panjang, dan sebelumnya saya pernah membacakan Diva cerita si Harry Bengal dari koleksi saya waktu kecil, dan dia suka. Maka tanpa pikir panjang saya langsung membelinya, dan ternyata Diva suka, saya pun suka sehingga buku ini menjadi bahan bacaan kami berdua, baik saya bacakan sebelum tidur maupun kami masing-masing membaca sendiri.
Ceritanya sederhana, kisah anak yang bercerita tentang tingkah adik perempuannya yang nakal dan temannya si Harry yang bengal. Dari lima serialnya, keempat judul lainnya memakai judul tentang Adikku yang Nakal, namun tetap tokoh-tokohnya sama, terutama si Harry Bengal. Bahkan waktu ponakan saya Fitri, ulang tahun saya membelikan serial ini sebagai hadiah ulang tahunnya, karena ponakan saya itu memang paling suka buku berformat anak-anak seperti itu.
Here is the picture...
Kalau serial Robi dan Susi atau Tini saya paling suka liat gambar-gambarnya, bikin saya jadi berkhayal dan ingin merasakan apa yang di rasakan dalam buku itu. Kalau buku dongeng saya suka endingnya yang selalu happy end. Kalau Lima Sekawan saya suka ketegangan jalan ceritanya yang selalu bikin penasaran. Kalau Malory Towers saya suka karena jadi bikin saya berkhayal asyiknya sekolah di asrama seperti yang ada yang ada dalam serial itu.
Dulu waktu saya kecil belum banyak komik-komik serial Jepang seperti sekarang, yang saya ingat serial komik Jepang yang pertama saya punya waktu itu adalah serial Candy. Hanya itu yang saya suka, yang lainnya saya tidak mengikutinya entah karena ceritanya atau saya nya yang mulai beranjak dewasa. Selain itu buku dalam format komik pada jaman itu adalah serial Tin Tin dan Asterix. Dan ada satu serial komik yang paling berkesan buat saya yaitu Mimi si Hitam. Model komiknya vintage gitu, dengan kertas coklat dan soft cover serta gambar yang hitam putih. Tapi ceritanya yang kocak yaitu tentang anak Africa yang hitam yang sangat nakal dan saking nakalnya sehingga membuat ibunya yang sangat gendut selalu memarahinya dengan memukul pantat si Mimi , bikin saya selalu ingat sampai sekarang.
Namun sayang sebagian besar koleksi saya itu banyak yang hilang, baik karena packing waktu kami pindah rumah, ataupun di pinjam, karena dulu saking banyaknya saya sampai membuka perpustakaan kecil di paviliun samping rumah, kemudian banyak buku-buku yang di pinjamkan banyak yang tidak kembali. Sebagian kecil masih ada koleksi saya yang tersisa, saya berikan pada ponakan saya Fitri, yang kemudian sekarang dikembalikan lagi dan menjadi koleksi Diva.
Saat saya dewasa saya tetap suka baca buku, koleksi saya mulai dari novel, cerita-cerita bijak dan kumpulan pengalaman dari pengarangnya, seperti serial Laskar Pelangi by Andre Hirata, novel-novel by Dewi Dee Lestari, Naked Traveler by Trinity, Harry Potter by JK Rowling, atau buku curhatan seperti Kicau Kacau by Indra Herlambang. Novel-novel nyeleneh seperti karangan Djenar Masayu, serta buku-buku motivator dengan bahasa yang tidak begitu menggurui saya juga suka. Selain itu saya juga menyukai novel bertema psikopat, secara saya pun menyukai fim jenis ini.
Kebiasaan baca buku ini saya coba turunkan ke anak saya Diva. Dari kecil saya belikan dan bacakan dia berbagai buku cerita, biasanya saya cari yang halamannya dari hard paper, supaya tidak mudah robek, atau yang ada gambar 3 dimensinya dan banyak warna sehingga menarik. Mulai bisa baca sendiri saya belikan dia majalah anak seperti Bobo , yang merupakan majalah anak sepanjang masa, karena dulu pun saya membaca majalah ini. Saya paling ingat dengan cerita Bona, gajah kecil berbelalai panjang, Pak Janggut atau Oki dan Nirmala yang menjadi cerita bergambar favorit saya di majalah ini.
Jadi anak kecil di jaman sekarang sebenarnya sungguh beruntung, karena ada banyak sekali pilihan buku, mulai dari komik Jepang , cergam, majalah sampai novel. Bahkan buku-buku waktu saya kecil dulu juga banyak yang di cetak ulang, tentunya dengan cetakan yang lebih menarik, walaupun dengan harga yang berlipat-lipat dari waktu saya kecil dulu. Duh saya jadi ingin membelinya lagi, terutama buku-buku yang sebagian koleksi saya dulu sudah hilang.
Walaupun Diva lebih beruntung dari saya, dimana saya dulu punya buku hanya jika di belikan oleh Abang saya ataupun jika ingin membeli buku harus menabung dulu, sedangkan Diva lebih gampang mendapatkan dan memilih buku yang diinginkannya, karena saya tidak pernah keberatan jika membelikan buku untuk dia. Namun ternyata Diva tidak begitu menyukai buku komik, dia lebih suka majalah,seperti majalah Girl atau novel, seperti serial KKPK yang merupakan singkatan dari Kecil-Kecil Punya Karya, berisi cerita-cerita yang di karang oleh anak-anak juga. Setiap ke Gramedia, ulang tahun atau sebagai hadiah dia selalu minta belikan serial ini.
Saya dan Diva masing-masing mempunyai koleksi buku. Namun saya ingin ada buku yang kami berdua bisa nikmati. Maka saya browsing, kemudian saya menemukan novel Pollyana, yang jika saya baca resensi nya format nya novel, namun ceritanya bisa untuk anak-anak. Waktu saya mencarinya di Gramedia, ternyata masih indent. Namun kami menemukan versi cergam nya, dan karena bukunya tipis dalam waktu setengah jam Diva pun menyelesaikannya. Kemudian waktu versi novelnya datang ,saya membelinya, dan menjadi buku bacaan sebelum Diva tidur. Namun karena bukunya terlalu tebal dan bahasanya termasuk bahasa 'tinggi', kadang Diva jadi agak bosan mendengarnya.
Sampai suatu waktu ketika ke Gramedia, saya melihat cetakan ulang buku Harry Bengal dan Adikku yang Nakal, karangan Dorothy Edwards, pengarang dari Inggris. Rupanya buku ini ada serialnya, namun waktu kecil dulu saya hanya memiliki satu judul. Cerita dan pesan-pesan dari cerita-ceritanya sangat berkesan, dengan bahasa yang sederhana, bab-bab ceritan yang tidak terlalu panjang, dan sebelumnya saya pernah membacakan Diva cerita si Harry Bengal dari koleksi saya waktu kecil, dan dia suka. Maka tanpa pikir panjang saya langsung membelinya, dan ternyata Diva suka, saya pun suka sehingga buku ini menjadi bahan bacaan kami berdua, baik saya bacakan sebelum tidur maupun kami masing-masing membaca sendiri.
Ceritanya sederhana, kisah anak yang bercerita tentang tingkah adik perempuannya yang nakal dan temannya si Harry yang bengal. Dari lima serialnya, keempat judul lainnya memakai judul tentang Adikku yang Nakal, namun tetap tokoh-tokohnya sama, terutama si Harry Bengal. Bahkan waktu ponakan saya Fitri, ulang tahun saya membelikan serial ini sebagai hadiah ulang tahunnya, karena ponakan saya itu memang paling suka buku berformat anak-anak seperti itu.
Here is the picture...
Label:
My activities,
My Diva,
Sharing
Sunday, 8 May 2011
Tentang Teman yang kecelakaan pesawat
Hari Sabtu siang, ada sms dari teman kuliah ku Wati mengabarkan kemungkinan besar Tedi Efendi,teman kami waktu kuliah di Bandung dulu menjadi salah satu korban kecelakaan pesawat Merpati di laut Kaminana, Papua. Teman saya itu sempat melihat postingan di wall fb Tedi yang mengabarkan soal itu.
Langsung saya check ke fb nya dan benar saja, berita terakhir baru jasad istri nya yang ditemukan, sedangnya jasad Tedi dan anak laki-lakinya belum diketemukan.
Kaget sekali mendengar berita ini, apalagi Tedi merupakan salah satu teman kuliah saya, dimana dulu di kelas kami dominan adalah mahasiswa wanita, hanya 5 orang laki-laki , jadi mereka sebagai minoritas otomatis menjadi dekat dengan kami semua.
Tedi teman saya ini rupanya meneruskan ke Akpol, kemudia dia ditempatkan di Sorong, Papua. Rupanya perjalanannya ke Kaimana, dalam rangka promosi jabatan. Namun takdir berkata lain, 500 meter sebelum landing, diperkirakan akibat cuaca buruk pesawat jatuh di lautan Kaminana, kru dan penumpang tidak ada yang selamat, termasuk diantaranya adalah teman saya Tedi , istrinya Irma dan anaknya Abby.
Baru saja beberapa minggu yang lalu dia mengomentari status saya di fb yang mengatakan ngiler liat RajaAmpat, dan kebetulan karena posisi dia di Sorong, dia komen : 'Kalo dari tempat gw bertugas sekarang ke RajaAmpat tinggal naik boat sekitar 1,5 jam Win'. Terus saya bilang 'Kalo gitu gampang dong ya kalo suatu saat ke sana sudah ada lu Ted, mudah-mudahan lu masih di sana ya'. Dan dia bilang 'Amiiin'...
Gak nyangka ternyata itu adalah komunikasi terakhir saya dengan dia, sampai akhirnya dia dan keluarga kecilnya harus mengalami peristiwa tragis itu.
Emang umur benar-benar gak bisa di sangka ya, kalau Allah berkehendak tiada satu pun yang dapat menolaknya.
Selamat jalan Tedi...kami bangga punya teman seperti mu..bahagialah kau di sana bersama keluarga kecilmu...
Saya jadi ingat dengan foto jadul waktu kuliah dulu,yang mengingatkan kenangan-kenangan bersama Tedi...
Tedi (posisi duduk sebelah kiri berpayung krem)
Geli bayangin tuh cowok-cowok mau aja di suruh foto seperti ini, tapi karena mereka minoritas akhirnya mau aja di paksa dengan kami para cewek-cewek yang narcis senengnya foto-foto itu.
Langsung saya check ke fb nya dan benar saja, berita terakhir baru jasad istri nya yang ditemukan, sedangnya jasad Tedi dan anak laki-lakinya belum diketemukan.
Kaget sekali mendengar berita ini, apalagi Tedi merupakan salah satu teman kuliah saya, dimana dulu di kelas kami dominan adalah mahasiswa wanita, hanya 5 orang laki-laki , jadi mereka sebagai minoritas otomatis menjadi dekat dengan kami semua.
Tedi teman saya ini rupanya meneruskan ke Akpol, kemudia dia ditempatkan di Sorong, Papua. Rupanya perjalanannya ke Kaimana, dalam rangka promosi jabatan. Namun takdir berkata lain, 500 meter sebelum landing, diperkirakan akibat cuaca buruk pesawat jatuh di lautan Kaminana, kru dan penumpang tidak ada yang selamat, termasuk diantaranya adalah teman saya Tedi , istrinya Irma dan anaknya Abby.
Baru saja beberapa minggu yang lalu dia mengomentari status saya di fb yang mengatakan ngiler liat RajaAmpat, dan kebetulan karena posisi dia di Sorong, dia komen : 'Kalo dari tempat gw bertugas sekarang ke RajaAmpat tinggal naik boat sekitar 1,5 jam Win'. Terus saya bilang 'Kalo gitu gampang dong ya kalo suatu saat ke sana sudah ada lu Ted, mudah-mudahan lu masih di sana ya'. Dan dia bilang 'Amiiin'...
Gak nyangka ternyata itu adalah komunikasi terakhir saya dengan dia, sampai akhirnya dia dan keluarga kecilnya harus mengalami peristiwa tragis itu.
Emang umur benar-benar gak bisa di sangka ya, kalau Allah berkehendak tiada satu pun yang dapat menolaknya.
Selamat jalan Tedi...kami bangga punya teman seperti mu..bahagialah kau di sana bersama keluarga kecilmu...
Saya jadi ingat dengan foto jadul waktu kuliah dulu,yang mengingatkan kenangan-kenangan bersama Tedi...
Tedi (posisi duduk sebelah kiri berpayung krem)
Geli bayangin tuh cowok-cowok mau aja di suruh foto seperti ini, tapi karena mereka minoritas akhirnya mau aja di paksa dengan kami para cewek-cewek yang narcis senengnya foto-foto itu.
Label:
My activities,
My feeling,
Sharing
Tentang Novel Diva
Dari kecil saya suka beliin Diva buku, mulai dari buku cerita sederhana dengan lembaran yang tebal, buku dari kain, buku-buku waktu saya kecil, sampai majalah anak bekas.Setiap mau tidur juga saya berusaha selalu bacain buku atau dongeng.
Mulai besar Diva sempat agak jarang baca buku, karena lebih suka nonton tv atau internet. Saya coba beliin komik, ternyata dia gak gitu suka.
Tapi saya tidak menyerah, saya sering ajak dia ke perpustakaan dekat rumah, sampai akhirnya dia menemukan buku favoritnya serial KKPK, yaitu novel anak yang di tulis oleh anak-anak juga.Akhirnya setiap ke toko buku, ulang tahun atau hadiah, Diva selalu minta dibelikan serial KKPK ini. Ini dia koleksi nya...
Waktu SD kelas 4, saya coba cari novel lain yang cocok buat anak seumur Diva, setelah browsing saya dapat buku novel terjemahan judul nya Pollyana by Eleanor H, Porter dari resensinya ceritanya so inspired , tentang anak perempuan yang bernasib malang namun selalu berusaha gembira. Memang karena terjemahan, beberapa bagian terdengar aneh, dan bahasanya pun termasuk sastra tinggi, tapi setiap saya bacakan sebelum tidur, Diva keliatan so interest.
Setiap ke toko buku saya juga selalu sempatkan hunting buku novel anak, sampai suatu hari secara tidak sengaja di bazar buku dapat buku The Mum-Minder, karangan Jacqueline Wilson, novel tipis dengan tulisan besar-besar dan ilustrasi lucu, tentang seorang anak kecil yang menggantikan tugas ibunya yang seorang pengasuh dan sedang sakit. Diva menyelesaikan buku ini dalam waktu beberapa jam saja. So exciting to see it...here is the pic..
Mulai besar Diva sempat agak jarang baca buku, karena lebih suka nonton tv atau internet. Saya coba beliin komik, ternyata dia gak gitu suka.
Tapi saya tidak menyerah, saya sering ajak dia ke perpustakaan dekat rumah, sampai akhirnya dia menemukan buku favoritnya serial KKPK, yaitu novel anak yang di tulis oleh anak-anak juga.Akhirnya setiap ke toko buku, ulang tahun atau hadiah, Diva selalu minta dibelikan serial KKPK ini. Ini dia koleksi nya...
Waktu SD kelas 4, saya coba cari novel lain yang cocok buat anak seumur Diva, setelah browsing saya dapat buku novel terjemahan judul nya Pollyana by Eleanor H, Porter dari resensinya ceritanya so inspired , tentang anak perempuan yang bernasib malang namun selalu berusaha gembira. Memang karena terjemahan, beberapa bagian terdengar aneh, dan bahasanya pun termasuk sastra tinggi, tapi setiap saya bacakan sebelum tidur, Diva keliatan so interest.
Setiap ke toko buku saya juga selalu sempatkan hunting buku novel anak, sampai suatu hari secara tidak sengaja di bazar buku dapat buku The Mum-Minder, karangan Jacqueline Wilson, novel tipis dengan tulisan besar-besar dan ilustrasi lucu, tentang seorang anak kecil yang menggantikan tugas ibunya yang seorang pengasuh dan sedang sakit. Diva menyelesaikan buku ini dalam waktu beberapa jam saja. So exciting to see it...here is the pic..
Label:
My activities,
My Diva,
Sharing
Sunday, 1 May 2011
Tentang Masakan ku
Karena saya jarang masak, maka beberapa dari hasil masakanku yang terbilang sukses rasanya pantas untuk selalu diingat-ingat...
Ikan Gurame fille saus mentega dan Mix Salad
Crispy Fried Banana with Cheese and Milk
The Steam Brocoli Cheese Chicken Tofu
The Lasagna ,Schotel & Mix Salad
Terung Ungu isi Daging
Thursday, 10 March 2011
Tentang penyakit itu
What a shocking news..begitu reaksi ponakan saya Fitri, waktu saya kabari tentang penyakit saya.
Buat saya sendiri hal ini sebenarnya sudah saya duga, walopun saya tadinya tidak mau berprangka negatif, cuma tetap saja saya sadar saya harus persiapkan mental saya untuk hal yang terburuk sekalipun.
Kemarin, hari Kamis 24 Februari 2011, setelah seminggu sebelumnya saya konsultasi dengan dokter bedah di salah satu RS swasta di kota saya, saya melakukan USG. Setelah itu hasilnya saya konsultasikan ke dokter bedah tersebut, dan dinyatakan ada kista di payudara saya.
Dokter menyarankan untuk dilakukan biopsi. Agak kaget juga sih, apalagi saya sebelumnya belum pernah berurusan dengan yang namanya operasi. Tadinya sempet kepikiran biar cepat beres , mau atur jadwal aja buat biopsi, karena dokter bilang minimal minep 1 malam.
Tapi setelah ada opini dari orang-orang terdekat, saya coba cari second opinion. Akhirnya setelah beberapa minggu saya punya waktu untuk kedokter yang lebih senior. And thanks God, biopsi is the last step. First he just give me a medicine for 2 weeks, and see the progress.
After 2 weeks, saya merasa kista tersebut entah mengecil atau hilang sama sekali, yang pasti saya tidak lagi merasakan nyeri-nyeri yang sebelumnya saya rasakan. Dan yang seharusnya saya konsultasi lagi saya pun merasa tidak perlu (dan juga tidak sempat) konsultasi lagi.
Mudah-mudahan it gonna be always ok...
Buat saya sendiri hal ini sebenarnya sudah saya duga, walopun saya tadinya tidak mau berprangka negatif, cuma tetap saja saya sadar saya harus persiapkan mental saya untuk hal yang terburuk sekalipun.
Kemarin, hari Kamis 24 Februari 2011, setelah seminggu sebelumnya saya konsultasi dengan dokter bedah di salah satu RS swasta di kota saya, saya melakukan USG. Setelah itu hasilnya saya konsultasikan ke dokter bedah tersebut, dan dinyatakan ada kista di payudara saya.
Dokter menyarankan untuk dilakukan biopsi. Agak kaget juga sih, apalagi saya sebelumnya belum pernah berurusan dengan yang namanya operasi. Tadinya sempet kepikiran biar cepat beres , mau atur jadwal aja buat biopsi, karena dokter bilang minimal minep 1 malam.
Tapi setelah ada opini dari orang-orang terdekat, saya coba cari second opinion. Akhirnya setelah beberapa minggu saya punya waktu untuk kedokter yang lebih senior. And thanks God, biopsi is the last step. First he just give me a medicine for 2 weeks, and see the progress.
After 2 weeks, saya merasa kista tersebut entah mengecil atau hilang sama sekali, yang pasti saya tidak lagi merasakan nyeri-nyeri yang sebelumnya saya rasakan. Dan yang seharusnya saya konsultasi lagi saya pun merasa tidak perlu (dan juga tidak sempat) konsultasi lagi.
Mudah-mudahan it gonna be always ok...
Subscribe to:
Posts (Atom)